Perhatikan Pusat Kerajinan Alkohol di Bekonang
"Petani tidak menggunakan pupuk kimia. Pupuk yang tidak diserap dapat merusak kotoran sehingga memperbaiki struktur yang digunakan ini
ciunik, "katanya. Dari sekitar 30 pengrajin yang tersisa, dalam sehari pengrajin biasa mampu mengantarkan 15 sampai 50 galon
alkohol. Artinya pada 1 siang, produksi alkohol di Desa Bekonang bisa mencapai 1.500 liter. Ciu diciptakan dari
Tebu molase menggunakan kadar alkohol 30 persen. Prosedurnya mengambil. Di masa awal, pengrajin masih menggunakan alat tradisional
terbuat dari tanah liat Saat ini, situs produksi Ciunik mencakup tujuh tangki limbah. 1 tangki bisa mengadaptasi lima beban limbah. Dari
Komunitas komposter kemasan lima liter ciunik ini umumnya dijual seharga Rp200 ribu. Etanol terkandung dalam minuman khas
Generasi Bekonang ini kemudian dikabarkan akan digerakkan sebagai bahan dasar energi terbarukan dengan menggunakan nama bioetanol.
Sayangnya, harapan ini lenyap karena nampaknya tidak menjadi pasar yang sangat jelas dan menjanjikan. "Kata ciunik didapat
dari istilah ciu dan limbah alam, "jelas Kepala Desa Bekonang Joko Tanyono. Individu Bekonang tidak berada di
akal. Sejak 2014, masyarakat Bekonang sudah mulai menggunakan limbah tebu dan juga ciu untuk membuat pupuk itu
membantu kepentingan semua dunia pertanian mereka dengan gelar ciunik. Gagasan tentang pentingnya mendukung
transisi ciu ke alkohol murni didukung pada awal 1970-an. Melalui aplikasi khusus, pemerintah Orde Baru mencoba
untuk menjaga pengelolaan ciu menjadi alkohol murni melalui bantuan teknologi yang disediakan. Hasil pengolahan tebu
Digunakan sebagai ciu bisa jadi bioetanol dengan kebutuhan kandungan alkohol mencapai 99,5 persen. Untuk menghasilkan bioetanol, alkohol
Perajin harus mengolah fermentasi molase, pemanasan dan distilasi menjadi ciu (30 persen kandungan alkohol). Itu
Setelah ciu diproses dengan alat unik menjadi bioetanol. "Dia menjadi orang terkaya di desa ini pada saat itu.
Suwandi kemudian pindah ke kota dan meninggalkan individu Desa Bekonang yang saat itu tidak mengerti teknologinya
untuk pengolahan ciu ke alkohol, "kata Sabariyono." Kami juga telah mempromosikan cairan tersebut. Jadi limbah bisa bermanfaat bagi
lingkungannya, "kata Joko." Sekarang Desa Bekonang adalah pusat bisnis alkohol, bukan ciu, "kata Sabar. Harapan baru dari limbah
Penyulingan limbah ciu untuk berkembang menjadi etil alkohol murni menuntut keterampilan tertentu. Sabariyono mengatakan, saat ia masih kecil,
Ada seseorang di desa bernama Suwandi Bekonang yang memiliki kemampuan dalam praktik penyulingan. Sayangnya,
Kemampuan itu tidak ditransmisikan ke beberapa pengrajin lainnya. Sejak era Orde Baru, seniman ciu di Desa Bekonang menyumbangkan alkohol rendah
(ciu) ke Koperasi Unit Desa (KUD). Selanjutnya, sebuah perusahaan farmasi bernama PT Indo Acidatama Chemical Industry membeli
cuu untuk setelah diproses menjadi alkohol untuk tujuan klinis. Dia ingat bahwa pada saat itu hanya Suwandi yang membeli ciu dari
Warga Desa Bekonang yang membuat ciu dan mengolahnya lagi untuk meningkatkan kandungan alkohol. Mengikuti kandungan alkohol tersebut
Cukup tinggi, Suwandi menjual barang itu kepada pebisnis di kota. Perusahaan ini memberikan kekayaan bagi Suwandi. Memasuki hal ini
Desa, pemandangan khas seperti hamparan luas sawah, hijau subur langsung menyergap dan menenangkan jiwa. Desa ini
terlihat luar biasa dan tenang. Orang-orangnya cukup ramah. Namun, siapa sangka desa ini ternyata menjadi penghasil ciu
daerah? Bantuan pemerintah dengan menyediakan satu unit alat tunggal. Alat ini memperbaiki ciu ke alkohol untuk tujuan klinis. Karena memang begitu
Tidak mengizinkan satu orang untuk memiliki alat tunggal, penduduk asli dipecah menjadi beberapa kelas. Oleh karena itu, ciu tidak lagi diijinkan
untuk dibuat di desa ini. Pengrajin diizinkan membuat etanol atau alkohol, namun dilarang membuat ciu. Dengan kata lain, itu
ciu yang dulu bangga dengan penduduk Desa Bekonang saat ini dianggap barang ilegal untuk diproduksi dan dipromosikan.
Akibatnya, ada hubungan yang kuat antara amatir ciu di Desa Bekonang yang memiliki perusahaan besar dalam disiplin ilmu
farmasi. Minum alkohol menjadi bioetanol Menurut Sabariyono, pada kondisi yang sulit akhirnya menghasilkan pengrajin ciu
di Bekonang akhirnya menyambut baik gagasan ?? Beralih minuman beralkohol menjadi etanol murni yang siap diproses ulang
energi dan farmasi. Nama ciunik, kata Joko, diberikan langsung oleh Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya. Limbah
yang selama ini dirasakan cukup mengganggu sekarang bisa benar-benar dipekerjakan oleh petani di seluruh Sukoharjo. Transfer Bekonang ciu
Produksi menjadi bio degradable telah menjadi wacana penelitian dari beberapa sekolah akademis. Tapi, tiba-tiba saja tidak
terjadi. Namun, kerja sama itu tidak berlangsung lama. Baru sekitar tiga tahun karena pajak yang mahal pada saat itu. Itu
pengrajin, mencari berbagai target pasar mereka untuk menyebarkan alkohol. Sedangkan ciu dari prinsip Perpres
Nomor 74 tahun 2013 masuk kelas minuman beralkohol kelas C dengan kandungan alkohol 20 persen sampai 55 persen. Untuk bisa membuat, distribusikan
dan transaksi ada izin khusus yang ketua lembaga ini disebut lebih rumit dan mahal. Kesabaran,
Seperti yang biasa disebutnya untuk mengatakan minuman dengan kandungan alkohol 30 persen sering disebut ciu. Saat itu, orang tidak tahu
ciu itu bisa diproses ulang untuk menghasilkan alkohol. Meskipun tidak ada sumber yang kuat dan pasti untuk pengembangan
Bekonang ciu, yang lebih tradisional, konvensi pengelolaan minuman beralkohol ini semakin meluas seiring berkembangnya
dan fungsi pabrik gula buatan Belanda, termasuk Pabrik Gula Tasikmadu yang dibangun pada tahun 1871. Sabariyono ditampilkan, sepuluh tahun yang lalu
Di Desa Bekonang ini Anda akan menemukan sekitar 70 pengrajin yang biasanya berada di Dukuh Sentul. Tapi sekarang jumlahnya
berkurang hampir 50% menjadi hanya sekitar 35 orang yang tertinggal sendirian. Sebab, harga bahan baku naik hampir seratus persen
banyak amatir tidak kuat menanggung biaya produksi dan memilih dari bisnis. Menurut Sabariyono ciunik terbuat dari limbah ciu
dikenal sebagai badhek yang terbentuk seperti kecap. Sampah kemudian dikumpulkan dan kemudian diolah menjadi pupuk yang bisa diperbaiki
struktur tanah. "Dari proses perhitungan, penurunan biaya bioetanol jauh lebih mahal dari premium,
Tentunya orang lebih memilih premium dibanding bioethanol, "jelas Sabariyono." Belanda punya kebiasaan minum minuman keras, jadi
Karena zaman Belanda di tempat ini mulai dijadikan sektor minuman keras untuk dikonsumsi, "kata Ketua Industri Etanol
Asosiasi Desa Bekonang, Sabariyono ke Metrotvnews.com di Desa Bekonang, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu
(23/4/2016). "Menyebarkan ciu benar ke alkohol telah selesai di sana dengan teknologi canggih," kata Sabar. Itu
Tradisi arah ciu di Bekonang masih bertahan sampai sekarang. Namun, karena tingginya harga bahan baku dan prinsip keras,
Pengrajin ciu di desa ini semakin berkurang tahun. Berbicara tentang ciu, nama Bekonang akan terlihat dan terasa begitu
melekat padanya Embrio perkembangan alkohol di desa ini tak lepas dari dampak budaya penyerbu.
"Itu dulu ada di universitas, tapi tetap di tahap komunikasi, tapi tidak ada kelanjutannya,
Mungkin mereka mempertimbangkan nilai ekonomisnya tidak ada, "kata Sabariyono. Meski kejadiannya berabad-abad,
arah tradisi Bekonang ciu nampaknya semakin sulit untuk bertahan. Ciu Bekonang yang dianggap sebagai anggota
Minuman beralkohol yang mengalami pengawasan ketat pada akhirnya harus diinjak dengan biaya tinggi mentah
bahan dan juga kompleksitas peraturan terkait.Baca juga: map ijazah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar